ARGH!

Saya membanting sebuah buku yang sudah tak keruan bentuknya. Ketika buku tersebut menghempas lantai, puluhan –atau bahkan ratusan rayap keluar dari sela-sela halamannya. Setelah memastikan tak ada rayap yang tersisa, saya memungutnya kembali sambil menahan tangis. Gengsi, masa lelaki sejati kok nangis.

Ratusan halaman buku sudah hancur oleh rayap dan tak dapat diselamatkan, sementara sampul bukunya yang berwarna cokelat –satu-satunya bagian yang masih berwujud, tetap menampilkan senyuman menawan dari empat anak muda yang masing-masing memegang sebuah alat musik. Buku langka itu saya dapatkan di pertengahan tahun 2003, –atau sepuluh tahun sebelum rayap menggerogotinya, pada sebuah toko buku yang hampir bangkrut (dan sekarang, Alhamdulillah, sudah resmi bangkrut) di Sri Ratu Peterongan, Semarang. Buku yang diterbitkan oleh Humaniora Utama Press tersebut, berisi kumpulan lengkap lagu-lagu The Beatles yang senantiasa menjadi semangat dan petunjuk saya dalam bermusik. Kini buku tersebut telah tiada, berganti oleh air mata yang menetes perlahan.

Kini, saya menyadari bahwa untuk sesuatu yang dicintainya, seorang lelaki sejati bisa menangis.

The Beatles!

With The Beatles!

Inggris –di mana The Beatles berasal, adalah negara yang senantiasa mengisi hari-hari saya sedari kecil. Tercatat ada tujuh figur asal Inggris yang membuat saya ingin mengunjungi Inggris, dan berikut ini adalah mereka yang terus-menerus memanggil saya.

1. The Queens’ Guard

Sewaktu duduk di Sekolah Dasar, saya merengek meminta dibelikan Nintendo kepada Papa. Namun alih-alih membelikan, Beliau malah memberikan buku kumpulan cerita pendek Hans Christian Andersen. Memberikan? Iya, buku ini adalah buku bekas milik Om, yang sudah terlalu besar untuk membaca dongeng.

Salah satu cerita yang saya sukai pada buku tersebut berjudul “The Steadfast Tin Soldier”, yang mengisahkan perjuangan seorang prajurit timah. Alkisah, dahulu ada seorang bocah yang berulang tahun dan kepadanya, dihadiahkan satu set prajurit mainan yang terbuat dari timah. Salah satu prajurit tersebut –yang dibuat dari sisa-sisa sendok timah, ternyata hanya memiliki satu kaki. Si prajurit kemudian jatuh cinta kepada gadis balerina yang juga berdiri di atas satu kaki. Namun apa disangka, goblin yang juga menyukai gadis balerina ternyata cemburu dan menyihir si prajurit sehingga terbang keluar jendela. Sebuah kisah cinta segitiga di tahun 1838.

The Steadfast TIn Soldier

The Steadfast TIn Soldier

Walaupun Hans Christian Andersen berasal dari Denmark, namun penggambaran si prajurit yang mengenakan seragam merah, dengan bayonet dan topi hitamnya yang tinggi menjulang senantiasa mengingatkan saya kepada The Queens’ Guard, –prajurit-prajurit gagah yang bertugas menjaga Buckingham Palace di Inggris. Apabila berkesempatan ke Inggris kelak, saya ingin menyaksikan upacara pergantian shift prajurit penjaga di Buckingham Palace yang berlangsung pada pukul 11:30 setiap harinya. Di dunia, mungkin inilah acara pergantian piket yang selalu disaksikan ratusan, –bahkan ribuan orang.

2. Alan Shearer

Kalau ada orang yang bisa saya salahkan karena telah membuat saya tergila-gila terhadap Inggris, maka orang tersebut pasti bernama Alan Shearer.

Semuanya berawal pada sebuah sore di Semarang pada tahun 1997, saat saya menarik tangan Papa dan merengek kepada Mama supaya masuk ke dalam sebuah toko perlengkapan olahraga di bilangan Simpang Lima.

“Aku mau beli kaus bola, Mah!” Pinta saya dengan manyun waktu itu. Maklum teman-teman SMP (Sekolah Menengah Pertama, bukan Senandung Masa Puber, -red) saya semuanya ngomongin bola, dan saya tak ingin ketinggalan.

“Ya udah, pilih sendiri ya!” Mama berkata, sambil manyun. Tak mau kalah dengan saya.

Saya memilah beberapa kaus di gantungan, sebelum akhirnya memilih sebuah kaus bergaris hitam putih bergambar bintang di tengah dengan tulisan “Newcastle United”. Bintang di tengah kaus, akan membuat saya terlihat lebih laki, pikir saya waktu itu sebelum akhirnya mengetahui bahwa itu adalah logo minuman keras yang dilarang Rhoma Irama.

“Ini, Mah.”

“Sana, minta duit sama Papamu!”

“Lah, kok aku?” Papa ikut-ikutan manyun. Kami keluarga manyun yang bahagia.

***

“Eh, kalau Newcastle bintangnya siapa sih?” Saya bertanya ke Totok, teman sebangku saya, yang lebih dulu gila bola.

“Ya jelas Alan Shearer lah!” Jawabnya lantang. “Kamu punya kausnya, kok gak tahu pemainnya.”

“Hehehe.”

Bermula dari kaus yang dipilih dengan feeling, saya semakin rajin mencari informasi tentang Alan Shearer –sang striker dan kapten kebanggaan Inggris yang selalu berpose dengan mengangkat tangan kanannya setelah mencetak gol, membeli semua posternya, melihat pertandingannya, dan mengidolakannya. Hingga pensiun, tercatat Alan Shearer telah memperkuat The Three Lions –julukan untuk tim nasional sepakbola Inggris, sebanyak 63 kali dan mencetak 30 gol. Salah satu Shearer’s moment yang paling saya ingat, adalah ketika Dia mencetak hattrick kala Inggris menghadapi Luxemburg dengan assist-assist yang diberikan matang oleh rekan setimnya di Newcastle United, Kieron Dyer.

Waktu berlalu, Alan Shearer telah pensiun, dan Papa pun telah tiada. Namun satu keinginan terbesar saya yang belum terwujud adalah, mengunjungi stadion-stadion di Inggris, negara asal Alan Shearer dan The Three Lions (yang tahun lalu baru saja merayakan ulang tahun ke-150-nya). Pendukung tim nasional Inggris, seperti saya, adalah contoh orang-orang yang setia. Bayangkan, kami tetap mendukung Inggris, walaupun tak pernah meraih prestasi sejak tahun 1966!

3. Royal Family

Di saat saya sedang mulai jatuh cinta dengan Inggris, sebuah kabar duka muncul dari Inggris. Lady Di dikabarkan meninggal. Saya yang masih polos, mencari tahu siapa itu Lady Di, dan menemukan beberapa fakta menarik mengenai Royal Family of England.

Diana Frances Spencer –yang lebih dikenal dengan Lady Di, adalah istri Pangeran Charles, putra Ratu Elizabeth, The Queen of England. Mereka menikah sejak tahun 1981, sebelum bercerai pada tahun 1996, karena Pangeran Charles mengalami CLBK dengan cinta pertamanya, Camila Parker.

Poor Diana.

Setelah pernikahan yang menghasilkan dua anak –Pangeran William dan Pangeran Harry, Lady Di mencoba move on dan menemukan cinta barunya pada diri Dodi Al Fayed, –anak satu-satunya Mohamed Al Fayed, konglomerat asal Mesir, dengan istri pertamanya, Samira Kagoshi. Menjelang pernikahan keduanya, Diana dan Dodi justru meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil hebat di Pont del’Alma, Paris, pada tanggal 31 Agustus 1997. Berbagai teori konspirasi muncul atas kecelakaan tersebut, karena ditemukan kejanggalan, seperti supir Henri Paul yang diduga mabuk –berdasarkan kadar alkohol dalam darahnya yang melebihi standar Perancis dan dua kalo standar Inggris, padahal dia mampu melewati 13 tiang terowongan dengan stabil. Diduga beberapa badan intelijen seperti MI6, CIA, Mossad berkolaborasi membunuh Lady Di, karena diduga dia akan beralih memeluk agama Islam.

Pemakaman Lady Di sendiri dilakukan di Westminster Abbey, sebuah gereja gotik yang bermakna bagi warga Inggris karena di sinilah beberapa peristiwa bersejarah berlangsung. Seperti pemahkotaan William The Conqueror pada tahun 1066, pernikahan Ratu Elizabeth II (mantan mertua Lady Di) pada tanggal 20 November 1947, hingga yang kekinian yaitu pernikahan Pangeran William (yang merupakan anak kandung Lady Di) dengan Kate Middleton, pada tanggal 29 April 2011.

Selain Westminster Abbey, saya juga berencana mengunjungi Harrods Department Store, milik keluarga Al Fayed, di mana pada salah satu sudutnya terdapat The Diana & Dodi Memorial, untuk mengenang kepergian mereka. Pada ruangan mungil tersebut terdapat sebuah cincin pertunangan yang dibeli Dodi, sehari sebelum peristiwa nahas menimpa mereka.

4. The Beatles

Sekolah Menengah Atas, adalah saat-saat di mana saya mencari perhatian lawan jenis, dan salah satunya adalah dengan cara bermain musik. Segala macam cara saya lakukan, mulai dari mengambil kursus gitar klasik, bermain bas bersama “The Scientist” –band bentukan anak-anak kelas IPA I saat itu, hingga menghapalkan lagu-lagu cinta The Beatles.

Hasilnya? Beuh, jangan ditanya. Saya tetap jomblo hingga lulus SMA.

Collectible items of The Beatles at MINT Museum, Singapore

Collectible items of The Beatles at MINT Museum, Singapore

The Beatles bagi saya, bukan lagi sebuah grup musik, namun sudah merupakan aliran musik tersendiri menemani Pop, Rock, dan Keroncong. Band yang formasi akhirnya terdiri dari John, Paul, George, dan Ringo ini adalah guru spriritual saya di bidang percintaan. Hampir semua masalah percintaan telah dijabarkan pada lebih dari seratus lagunya. Seperti misalnya:

  • Don’t Let Me Down, tentang cinta pertama ke seorang wanita, yang (harusnya) bertahan selamanya. Tapi sayangnya tidak semua orang bernasib baik, dan mendapatkan cinta pertamanya. Termasuk The Beatles, dan kamu yang membaca artikel ini.
  • Something, tentang seorang pria yang sangat mencintai wanitanya dan tak mau kehilangan wanitanya. See, girls? Ini tentang bagaimana kami jatuh cinta kepadamu, please don’t be unkind to us.
  • Please Please Me, tentang pria yang kurang mendapat perhatian wanitanya, dan mengharapkan wanitanya mencintai dia seperti dia mencintai si wanita. Ya, mungkin si wanita memang tak benar-benar cinta. Atau mabuk Aibon waktu menerima cinta si pria.
  • We Can Work It Out, tentang sepasang kekasih yang tengah bertengkar, dan harapan untuk bisa rukun kembali. Ya, harapan selalu ada, namun kenyataan bisa saja berbicara lain.
  • I’ll Cry Instead, tentang seorang pria yang sakit hati karena ditinggalkan kekasihnya. Yup, reality bites. Ouch!

Untuk seorang Beatlemania seperti saya, mengunjungi The Beatles Museum di Liverpool, ngopi di The Beatles Coffee Shop Baker Street, mencoret-coret Wall of Fame Abbey Records, memborong suvenir di The Beatles Store Baker Street, hingga kayang di The Cross –tempat para Beatle menyeberang Abbey Road, adalah hal yang wajib dilakukan apabila sudah sampai di Inggris. Dan hal-hal melodramatik seperti itulah yang akan membuat air mata pria sejati, seperti saya, mengalir deras.

5. Sherlock Holmes

Sewaktu kuliah di Jakarta, membaca buku –dan bermain game online, adalah salah satu kesibukan harian saya. Dan salah satu buku yang saya baca dan koleksi (walaupun sekarang sudah raib entah ke mana) adalah kisah petualangan detektif Sherlock Holmes.

Holmes, seorang Inggris, yang merupakaan rekaan Sir Arthur Conan Doyle –penulis asal Skotlandia yang juga seorang dokter, adalah detektif yang mampu memecahkan kasus-kasus rumit dengan kemampuan analisisnya yang mendalam. Cerita tentang Sherlock Holmes pertama kali muncul pada tahun 1887, dan masih dinikmati orang hingga sekarang, baik melalui buku yang terus-menerus dicetak ulang, mulut ke mulut, maupun melalui film –baik layar lebar, maupun serial televisi.

Sherlock Holmes Museum (taken from here)

Sherlock Holmes Museum (taken from here)

Dalam buku-buku tersebut, dikisahkan bahwa Sherlock Holmes tinggal bersama partner-nya dr. Watson di sebuah rumah yang terletak di 221B Baker Street, dan guess what? Alamat tersebut ternyata benar-benar ada, dan sekarang telah menjadi sebuah museum yang menampilkan segala macam pernak-pernik Sherlock Holmes, dengan tata ruang sama persis dengan yang diceritakan dalam buku. Mampir ke sini, adalah hal yang tak boleh saya lewatkan. Karena letaknya hanya sekitar 13 meter dari The Beatles Store, saya bisa dengan mudah mencapainya dengan koprol, apabila saya berada di sana.

6. Harry Potter

Sebagai pemuda syariah, seharusnya saya tidak boleh menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan sihir, seperti kuda lumping, maupun rambut keriting Limbad. Namun, sebuah buku yang saya baca ketika kuliah –karena racun dari teman sepermainan yang menyukainya, telah mengubah pandangan saya.

Buku tersebut berjudul Harry Potter and The Philosopher’s Stone, yang menceritakan petualangan si penyihir cilik bernama Harry Potter (of course!), dalam mencari batu bertuah yang dapat memberikan kehidupan. Buku tersebut adalah seri pertama dari rangkaian petualangan Harry Potter, dan saya sudah langsung terpesona dengan cara J.K. Rowling bercerita! Saya menjadi orang yang selalu menanti kapankah buku seri berikutnya terbit, dan semakin tak sabar menanti petualangan apakah yang akan dialami Harry bersama dua sahabat setianya, Ron dan Hermione, dalam melawan Voldemort, yang namanya tak boleh disebut.

Wait, kayaknya ada yang sala…..AARGGHHHH!

Platform 9 3/4

Platform 9 3/4 King’s Cross Station (taken from here)

Sungguh sangat menyenangkan apabila mantra yang digunakan oleh Harry Potter dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat:

  • Pacar cerewet, tak perlu repot-repot menciumnya, tinggal arahkan tongkat sihir ke arahnya, sambil berseru “Langlock!“. Ya, walaupun lebih enak kalau dicium, sih.
  • Lampu mati, tidak perlu komplain ke PLN via Twitter, cukup goyangkan tongkat sihir, dan berkata “Lumos!“.
  • Pengin traveling tapi malas packing, tinggal tunjuk tas dan barang-barang yang akan dibawa dengan tongkat sihir, lalu berteriak “Pack!“.
  • Pengin terbang seperti David Copperfield dan masuk TV, tinggal bilang saja “Wingardium Leviosa!” kamu akan masuk TV tanpa perlu menjadi calon presiden.
  • Mengidam pergi ke Inggris, tak perlu repot-repot, tinggal Inggrisnya saja yang didatangkan ke sini dengan mantra “Accio Inggris!

Sebagai penggemar Harry Potter, tentunya ada tempat-tempat di Inggris yang harus saya datangi, seperti misalnya Platform 9¾ di King’s Cross Station, tempat Hogwarts Express berada. Atau referensi terbaru yang saya dapatkan dari buku Vabyo –Kedai 1002 Mimpi, yaitu Harry Potter Studio, buatan Warner Bros!

7. Madame Tussaud

Figur ketujuh yang memanggil saya ke Inggris bernama Madame Tussaud. Dia bukanlah seorang penyanyi seriosa, pemain sepakbola, maupun penari perut, melainkan hanyalah seorang anak pembantu rumah tangga yang besar di Swiss. Tapi itu dulu, sebelum tuannya –Dr. Philippe Curtius yang merupakan dokter yang menguasai wax modelling, mengajarinya bagaimana cara membuat sebuah patung manusia dari lilin. Dan patung pertama yang dibuatnya adalah Voltaire –seorang penulis kenamaan Perancis, pada tahun 1777.

Setelah sang dokter meninggal dunia pada tahun 1794, Marie (nama lajangnya, sebelum menikah dengan Francois Tussaud pada tahun 1795.) mewarisi banyak karya patung lilin dan memutuskan berkelana keliling Eropa selama 33 tahun untuk memamerkan karya-karya spektakulernya. Pada tahun 1835, dia memutuskan untuk tinggal di London –akibat tak bisa kembali ke negaranya, Perancis, karena Perang Napoleon, dan mendirikan sebuah museum di Baker Street. Ya, Baker Street yang saat ini terdapat The Beatles Store dan Sherlock Holmes Museum.

Pada tahun 1842, dia membuat sebuah patung berwujud dirinya sendiri, sebelum akhirnya meninggal dalam tidurnya di bulan April tahun 1850.

Sit Up with David Beckham

Sit Up with David Beckham, the England’s No. 7.

Karena harga sewa bangunan yang melambung tinggi, cucu Madame Tussaud memindahkan lokasi museumnya ke Marylebone Road yang masih digunakan hingga sekarang, dengan patung Madame Tussaud –yang dibuat oleh dirinya sendiri pada pintu masuknya. Lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 33 menit dengan berjalan kaki dari King’s Cross Station.

Saat ini Madame Tussauds Museum memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh dunia. Koleksi patungnya pun semakin beragam –mulai dari artis, atlet, hingga pembunuh pun ada– dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Di museum tersebut kamu akan menemukan beragam tokoh seperti Albert Einstein, David Beckham, hingga Justin Bieber!

Setelah memasuki dunia kerja –dan semakin sering traveling, saya yang mengagumi keindahan menusia, senantiasa menyempatkan diri berkunjung ke Madame Tussauds Museum apabila daerah yang dikunjungi memiliki museum tersebut. Berfoto bersama Presiden Soekarno di Bangkok hingga berpose kung-fu bersama Bruce Lee di Hong Kong telah saya lakukan. Dan cita-cita saya berikutnya –selain mengunjungi museum pertamanya di London dan berfoto bersama Madame Tussaud di pintu masuknya, adalah menjadi model patung di Madame Tussauds Museum.

***

 

Inggris Gratis!Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi “Ngemil Eksis Pergi ke Inggris” yang diselenggarakan oleh Mister Potato. Bagi seorang pengemar sepakbola seperti saya, mengunjungi Inggris adalah seperti menunaikan ibadah haji, dengan Wembley sebagai Kakbah-nya, dan objek-objek seperti London Eye, Big Ben, Trafalgar Square, Westminster Abbey, London Tower Bridge adalah tempat-tempat fardhu yang harus dikunjungi.

Salah satu impian saya yang lain –sebagai seorang penulis perjalanan, adalah menulis sebuah buku mengenai wisata sepakbola di Inggris.

Gwen Stacy di film Spiderman mengatakan “I have to go to England, Peter. It’s important to me.“, yang malangnya, dia meninggal sebelum sempat mengunjungi Inggris (lagi).

Saya, tentu saja tak ingin bernasib sama dengannya, karena ENGLAND IS A MUST VISIT PLACE BEFORE I DIE.