Singapura 2011 – Tak ada yang istimewa dari penampakan menu sarapan McDonalds kali ini, hanya setangkup roti yang bisa disusupi selai blueberry favorit saya, kentang yang telah diolah sedemikian rupa (dan biasa disebut hash browns), telur dadar tak berbentuk, sekerat daging sapi panggang, dan segelas teh hangat. Hanya senyum – atau lebih tepatnya cengiran – dari Mama yang membuat pagi saya di Komplek Bras Basah menjadi istimewa.
Macau 2012 – Senado Square mulai ramai, namun masih sepi restoran yang buka pagi itu. Perhatian kami lalu tertuju pada sebuah restoran dua tingkat dengan logo M besar (bukan M kapsul), yang di depannya terdapat patung badut berwarna merah putih kuning. Menu sarapan yang kami pesan sama dengan yang saya pesan di Singapura, namanya Big Breakfast. Dengan rasa yang agak sedikit berbeda dari yang ada di Singapura, waktu itu saya pikir mungkin akibat pengaruh bumbu masakan yang disesuaikan dengan lidah setempat.
Hongkong 2012 – Angin dingin yang berhembus di pelataran Citygate Outlets akhirnya memaksa kami untuk mencari kehangatan (tepatnya, mengisi perut) sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Tian Tan Buddha, yang rencananya akan ditempuh dengan menggunakan cable car. Antrian panjang telah tampak di restoran cepat saji kenamaan itu, dan setelah tiba persis di depan kasir saya pun memberanikan diri untuk bertanya:
“The big breakfast menu, what kind of meat is that?” ucap saya, sambil menunjuk gambar yang terpampang di display.
“That’s POK!”
…
Akhirnya di pagi yang dingin itu, kami sarapan dengan semangkok sup kacang merah.
(dan sampai saat ini, saya tak tahu dan tak ingin tahu daging apa yang telah saya makan di Macau)
***
Foto ini dipersembahkan untuk mengikuti Turnamen Foto Perjalanan – Ronde 2: Kuliner,
yang berlangsung di sini.
Tagged: Hong Kong, Macau, Makanan, Singapore, TurnamenFotoPerjalanan
haha antiklimaks!
saya pikir ujung-ujungnya bakal pesan big breakfast menu rupanya…. X))
“karena terlambat lebih baik dari terlambat tiga bulan, maka submisinya saya terima!”
😀
LikeLike
Makasih kak! Aku mau ngerasain daging hyena dong!
:*
LikeLike
hehe, mamamu cantik, hehe (˘́⌣˘̀ʃƪ)
LikeLike
hehehe, makasih. Hehehe.
Anaknya juga kok, hehehe.
LikeLike
a-ak-anaknya cantik? :O
errr.. kamu gak belok kan mas? masih straight.. 😐 *tiba-tiba khawatir* *pegang jidat mas arif*
~ ~ ~ (\ ‘o’)/
LikeLike
enak benerr masih bisa dijelasin kalo itu pork 😦
kemarin pas di Vietnam trus mampir ke Pizza hut dan nanya “is this halal?” dijawabnya “30-45 minutes” laaaah? halal di dengernya how long =.=
udah di jelasin macem2 dia masih ga ngerti kalo gue nanya itu daging apa + mengandung babi apa engga, *gigit jariiiii balik ke hotel*
@geretkoper
LikeLike
Hahaha,
Biasanya mereka gak ngerti apa itu halal, bilang aja no pork no pork, hehehe. Terus dimakan juga akhirnya? Enak kan?
*lah*
Salam kenal Meidi @geretkoper
LikeLike
enak kan rasa dagingnya bikin hangat di badan ya
LikeLike
enak banget, apalagi darahnya. Darah muda, darahnya para remaja.
LikeLike
setiap pergi ke negara2 yg susah cari makanan halal, kata pertama yg harus, wajib kudu gw tau cm. Babi. Semacam “kong heo” no pork d vietnam
LikeLike
klo pergi k daerah2 yg susah cr makanan halal, kata pertama yg wajib, fardu, kudu tau. BABI. Semacam “kong heo” no pork klo d vietnam
LikeLike
Ho’oh, emang harusnya belajar bahasa lokal untuk makanan seperti itu. Thanks infonya, ya!
LikeLike
gw kasih tau yee, jadi daging yg dimacau ituuuuu..
ahhh sudahlah.
hahahaha
LikeLike
APEEEEE???
LikeLike